Kedudukan Al-Masih dan Mahdi



Pendiri Jema’at Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani a.s. mendakwakan diri bahwa beliau lah Al-Masih dan Mahdi yang mengenai kedatangannya terdapat nubuatan-nubuatan dalam Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi Saw dan perkataan para orang suci dalam umat Islam. 


Beliau a.s. telah menyatakan kedudukannya sebagai Masih dan Mahdi dalam nubuatan-nubuatan tersebut dan Jema’at Ahmadiyah meyakini kebenaran semua pendakwaan-pendakwaan beliau a.s. itu. Oleh karena itu, nampaknya penting untuk menjelaskan kedudukan Mahdi dan Masih dalam perspektif Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi Saw dan perkataan para ulama dalam Islam.

Kedudukan Masih dan Mahdi menurut Al-Qur’an

Dalam surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 disebutkan dua pengutusan Hadhrat Rasulullah Saw. Pengutusan pertama beliau adalah di kalangan orang-orang Ummi Arab dan pengutusan kedua beliau Saw ditakdirkan akan terjadi di kalangan kaum Aakhariin, sesuai dengan ayat:

وَاٰخَرِینَ مِنھُم لَمَّا یَلحَقُوا بِھِم

Ketika ayat-ayat ini turun, para sahabat radhiallahu ‘anhum bertanya kepada Hadhrat Rasulullah Saw bahwa, siapakah kaum Aakhariin tersebut, yang di kalangan mereka akan terjadi pengutusan beliau Saw yang kedua? Menjawab pertanyaan ini, Hadhrat Rasulullah Saw meletakkan tangannya di pundak Hadhrat Salman Farsi r.a. yang tengah hadir dalam majlis, kemudian bersabda:

لَوکَانَ الِایمَانُ مُعَلَّقًا بِالثُّرَیَّا لَنَالُہ رَجُلُ اَورِجَالُ مِن ھٰوُلَآئِ (بخاری کتاب التفسیر سورة الجمعہ)

Jika keimanan telah pergi ke bintang Tsurayya, maka seseorang atau beberapa orang yang berasal dari Farsi akan menegakkan kembali keimanan tesebut di dunia. (Bukhari, Kitaabut Tafsiir Suuratul Jumu’ah)

Alhasil, dalam ayat ini pengutusan seseorang yang berasal dari Farsi yang akan terjadi di akhir zaman telah ditetapkan sebagai pengutusan Hadhrat Rasulullah Saw. Seolah-olah orang yang dijanjikan akan datang tersebut adalah dhilli (bayangan) sempurna dari Hadhrat Rasulullah Saw.

ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ(سورة الصف: ۱۰)

Artinya: Dialah Tuhan yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya ia memenangkannya di atas seluruh agama-agama yang batil. (Ash-Shaff: 10)

Dalam menafsirkan ayat ini, para ahli tafsir menulis bahwa kemenangan Islam atas agama-agama yang batil akan terjadi di zaman Masih Mau’ud. Penggenapan utama dari ayat ini adalah Hadhrat Rasulullah Saw sendiri, namun kemenangan yang dijanjikan tersebut akan terjadi di zaman Masih dan Mahdi. Oleh karena itu Masih dan Mahdi tidak dianggap terpisah dari Hadhrat Rasulullah Saw., bahkan kedatangannya dinyatakan sebagai kedatangan Hadhrat Rasulullah Saw. 

Penafsiran seperti ini juga berasal dari sabda Hadhrat Rasulullah Saw berikut ini, sebagaimana beliau Saw bersabda:

یُھلِکُ اللّٰہُ فِی زَمَانِہِ المِلَلَ کُلَّھَا اِلَّا الِاسلَامَ (ابوداؤد کتاب الملاحم باب خروج الدجال)

Pada zaman Imam Mahdi, Allah Ta’ala akan menghapuskan seluruh agama-agama lainnya selain Islam. (Abu Daud, Kitaabul Malaahim, Baab Khuruujud Dajjaal)

Jadi, dari ayat ini diketahui bahwa Masih dan Mahdi yang akan datang dalam umat ini akan menjadi putra rohani dan bayangan sempurna Hadhrat Rasulullah Saw. Oleh karena itu kemenangan Islam yang akan terjadi di zamannya ditetapkan sebagai kemenangan Hadhrat Rasulullah Saw. 

Kedudukan Masih dan Mahdi menurut Hadits-hadits Nabi

1). Hadhrat Rasulullah Saw bersabda:

مَثَلُ اُمَّتِی مَثَلُ المَطَرِ لَایُدرٰی اَوَّلُہ خیرُ ام اٰخِرُہ (مشکوة کتاب الرقاق باب ثواب ھذہ الامة)

Permisalan umatku adalah seperti hujan, yang mengenainya tidak diketahui apakah bagian awalnya yang lebih baik atau bagian akhir. (Misykaat, Kitaabur Riqaaq, Baab Tsawaabu Haadzihil Ummat)

Hadhrat Rasulullah Saw dalam hadits ini memisalkan umat layaknya hujan dan menyampaikan bahwa tidak diketahui, apakah permulaannya yang lebih baik atau akhirnya. Beliau Saw menetapkan masa permulaan umat lebih baik atas dasar bahwa beliau sendiri hadir dalam umat dan menetapkan akhir dari umat sebagai lebih baik adalah bisa didasarkan pada kenyataan bahwa di zaman akhir, Masih dan Mahdi sebagai penzahiran sempurna dari beliau Saw akan datang di dalam umat. 

2). Beliau Saw memberikan gelar Nabiyullah kepada Masih dan Mahdi yang akan datang di akhir zaman. Dalam hadits Muslim, untuknya digunakan kata Nabiyullah sebanyak empat kali. (Muslim Kitaabul Fitan, Baab Dzikrud Dajjaal wa Shifatuhu)

3. Beliau menetapkan ketaatan kepada orang yang dijanjikan kedatangannya itu sebagai ketaatan kepada beliau Saw dan ketidaktaatan kepadanya sebagai ketidaktaatan kepada beliau Saw. (Bihaarul Anwaat, Jilid 13, Hal. 17)

4). Beliau Saw sedemikian rupa menekankan kepada umatnya untuk menerima orang yang dijanjikan kedatangannya tersebut, hingga jika seandainya harus merangkak ke gunung salju sekalipun, tetap harus menerimanya dan datang kepadanya serta menyampaikan salam beliau Saw. (Ibnu Majah, Kitaabul Fitan, Baab Khuruujul Mahdi) 

5. Kemudian beliau Saw bersabda, "Barangsiapa yang mendustakan Mahdi, maka seolah-olah ia telah berbuat kekufuran." (Hujajul Kiraamah, Hal. 351, Nawab Muhammad Shiddiq Hasan Khan, Penerbit Mathba' Shah Jahan Bhopal) 

Kedudukan Masih dan Mahdi menurut Para Ulama dan Orang-orang Suci dalam Umat Islam


Hadhrat Muhammad Ibnu Sirin r.h., 33 H - 110 H)

Beliau berkata berkenaan dengan Imam Mahdi:

”Dalam umat ini akan ada seorang Khalifah yang lebih baik dari Hadhrat Abu Bakar r.a. dan Hadhrat Umar r.a. Ditanyakan kepada beliau, “Apakah akan lebih baik dari keduanya?”. Beliau berkata, “Nyaris ia lebih baik dari sebagian Nabi.” (Hujajul Kiramah, Hal. 384, Nawab Shidiq Hasan Khan, Mathba’ Shah Jahan Bhopal)

Hadhrat Imam Baqir (15 H-114 H)

"Ketika Imam Mahdi datang, maka ia akan mengumumkan, “Wahai manusia! JIka di antara kalian ada yang ingin melihat Ibrahim a.s. dan Ismail a.s., maka dengarlah! akulah Ibrahim a,s. dan Ismail a.s.. Jika di antara kalian ada yang ingin melihat Musa a.s. dan Yusa’, maka dengarlah bahwa aku adalah Isa a.s. dan Yusya’. dan jika di antara kalian ada yang ingin melihat Isa a.s. dan Syam’un, maka dengarlah bahwa akulah Isa a.s. dan Syam’un. Dan jika di antara kalian ada yang ingin melihat Muhammad Mushtofa Saw dan Amiirul Mu’miniin (Ali r.a.), maka dengarlah, akulah Muhammad Mushtofa dan Amiirul Mu’miniin. (Bikhaarul Anwaar, Jilid 13, Halaman 202)

Hadhrat Imam Abdur Rozzaq Qasyani r.h. (Wafat 730 H)

“Imam Mahdi yang akan datang di akhir zaman, dalam peraturan syariat ia akan mengikuti Hadhrat Rasulullah Saw dan dalam ma’rifat, ilmu dan hakikat, selain Rasulullah Saw, ia akan mengikuti semua nabi dan para wali. Dan ini tidak bertentangan dengan pernyataan kami. Karena batin Imam Mahdi adalah batin Hadhrat Muhammad Mushtofa Saw.” (Syarah Fushush Al-Hikam, Musthafa Al-Babi Al-Jali, Hal. 42-43)

‘Aarif Rabbaanii Mahbuub Sajaani, Saayid Abdul Karim Jailani r.h. (747 H - 837 H)

"Yang dimaksud Mahdi ini adalah seseorang yang memiliki maqom (derajat) Muhammadi dan memiliki keseimbangan sempurna di setiap puncak kesempurnaan.” (Insan Kamil (Urdu), Bab. 41, Pembahasan mengenai Mahdi, Hal. 375, Nafis Academy, Karachi)

Hadhrat Mula Abdurrahman Jami (817-898 H)

“Relung batin Hadhrat Rasulullah Saw adalah merupakan kekhasan Walaayat Muhammadi dan persis seperti itulah relung batin dari Khaatamul Auliaa, Imam Mahdi a.s., karena Imam Mahdi merupakan perwujudan sempurna Hadhrat Rasulullah Saw.” (Syarah Fushuushul Hikam Hindi, Hadhrat Mula Abdurrahman Jami, Hal. 49)

Hadhrat Syah Waliullah Muhaddats Dhelwi (1114-1175 H) 

Masih Mau'ud yang akan datang di umat Muhammadiyah memiliki hak untuk memantulkan cahaya Sayyidul Mursaliin Saw dalam dirinya. Orang-orang awam beranggapan bahwa ketika orang yang dijanjikan ini datang di dunia, maka kedudukannya hanyalah sebagai seorang umati. Sama sekali tidak demikian, bahkan ia akan menjadi penjelasan sempurna dari nama Muhammadi yang komprehensif. Alhasil, ada perbedaan sangat besar antara dirinya dan seorang ummati biasa." (Al-Khairul Katsiir, Hadhrat Syah Waliullah Muhaddats Dhelwi, Hal. 72, Madina Press Bijnor) 

Syekh Muhammad Akram Shabiri (1130 H) 

Yakni, Muhammad Saw lah yang datang di masa permulaan dunia dalam corak Adam a.s.. Yakni, di masa permulaan alam, rohaniah Muhammad Mushtofa Saw secara cerminan tampil dalam diri Hadhrat Adam a.s. 

Dan Muhammad Saw jugalah yang akan datang di akhir zaman dalam wujud Khaatamul Walaayat, Imam Mahdi. Yakni rohaniah Muhammad Mushtofa Saw akan muncul dan tampil dalam diri Mahdi. (Iqtibaasul Anwaar, Syekh Muhammad Akram Shabiri, Hal. 52) 

Penyair Urdu Kenamaan, Janab Imam Bakhs Nasikh (1188 - 1253 H)

اوّل و آخر کی نسبت ہوگی صادق یہاں

Akan nampak persamaan masa awal dan akhir

صورت معنی شبیہ مصطفی پیدا ہوا

Mushtofa telah lahir dalam corak makna kemiripan

دیکھ کر اس کو کریں گے لوگ رجعت کا گماں

Dengan melihatnya manusia akan memikirkan taubat

یوں کہیں گے معجزے سے مصطفی پیدا ہوا

Mereka akan mengatakan, Mushtofa telah lahir secara mukjizat

(Diwan Nasikh, Jilid II, Hal. 54, Penerbit Munshi Nawal Kishor, Luknow, 1923) 

Sufi Besar, Hadhrat Khawajah Ghulam Farid, dari Chachran Sharif 1248-1347 H) 

Dari Hadhrat Adam Shafiyullah a.s. hingga Khaatamul Walaayat, Imam Mahdi, Hadhrat Muhammad Mushtofa Saw datang. Pertama, beliau Saw datang dalam diri Hadhrat Adam a.s.. Setelah itu beliau beliau Saw silih berganti hadir dalam wujud para orang suci besar. Hingga beliau Saw muncul dalam wujud Imam Mahdi a.s.”

Alhasil, para Nabi a.s. dan para Awliyaa Qutub yang datang silih berganti dari Hadhrat Adam a.s. hingga Imam Mahdi, semuanya merupakan perwujudan dari ruh Muhammad Saw. (Maqoobiisul Majaalis, Hal. 419, Maqbus No. 142, Maulana Rukunuddin, Penterjemah: Kapten Wahid Bakhs Sayyaal, Islamic Book Foundation Lahore, Sufi Foundation, Bahawalpur)

Mujtahid Syiah, Sayyid Ali Al-Hairi (1288-1340 H)

“Keunggulan Hadhrat Imam Mahdi a.s. di atas Hadhrat Isa a.s. adalah jelas dan terbukti.” (Ghaayatul Maqsuud, Jilid II, Hal. 38, Maulwi Sayyid Ali Hairi, Penerbit, Syamsul Hind, Lahore)

Mujtahid Syiah, Syed Muhammad Sibthain (1335 H)

Mahdi adalah jiwa Rasul Saw, perwujudan sifat-sifat Rasul Saw, wakil istimewa Rasul Saw dan cerminan sempurna Rasul Saw, dan perwujudan dari nur Muhammadi dan kesempurnaan sifat-sifat Muhammadi ditetapkan pada sosok ini. Oleh karena itu, sudah semestinya ia memiliki kesamaan dalam rupa, nama, kuniyah, nur Muhammadi. Demikian juga dalam akhlak dan siratnya merupakan permisalan Muhammad Saw. Bahkan kesamaan tersebut merupakan suatu keharusan.” (Ash-Shiraathus sawa fii ahwaalil mahdi, hal. 409, oleh Maulana Sayyid Muhammad Shibtain)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penyejuk Mataku adalah Salat

Tujuh Makna Waqaf dan Tanggung Jawab Para Orang Tua Waqf-e-Nou

Bagaimana Menjalin Hubungan Yang Erat Dengan Allah Ta'ala?