Tarbiyat Anak Hadhrat Masih Mau’ud a.s.

pixabay.com/Larisa-K

Banyak orang yang karena memiliki banyak bisnis dan kesibukan dalam pekerjaan tidak memberikan waktu mereka kepada anak-anak mereka dan tidak mampu mengawasi mereka. Mereka tidak dapat memberikan tarbiyat yang baik kepada anak-anaknya. Namun, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang telah diutus untuk memperbaiki umat Islam, beliau a.s. tidak hanya memberikan waktu kepada anak-anak, bahkan juga memberikan tarbiyat yang terbaik kepada anak-anaknya dan senantiasa memperlakukan anak-anaknya dengan sikap yang baik.

Junjungan kita tercinta Hadhrat Muhammad Mushtofa saw. bersabda:

أَكْرِمُوْا أَوْلَادَكُمْ وَ أَحْسِنُوْا أَدَبَهُمْ

Yakni, hormatilah anak-anakmu dan berilah mereka tarbiyat yang baik. (Sunan Ibnu Mājah, Kitābul adab)

Imam kita, Sayyidinā Hadhrat Masih Mau’ud a.s., sesuai dengan sabda junjungan beliau saw. ini, sangat memperhatikan tarbiyat keagamaan anak-anaknya. Salah satu alasan lainnya juga adalah bahwa semua anak-anak tersebut merupakan penggenapan dari:

 يَتَزَوَّجُ وَ يُوْلَدُ لَهٗ

       Dia (Isa yang dijanjikan) akan menikah dan memiliki anak keturunan.

dan anak-anak beliau a.s. lahir sesuai dengan wahyu-wahyu dan kabar suka-kabar suka yang beliau a.s. terima. Allah Ta’ala berfirman bahwa anak keturunan beliau a.s. tidak akan binasa. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dalam salah satu syairnya bersabda:

کہا ہرگز نہیں ہوں گے یہ برباد

Dia berfirman bahwa mereka tidak akan binasa.

Hadhrat Mir Muhammad Ismail r.a. berkata, “Suatu kali, ketika Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pulang ke rumah setelah berpidato di Jalsah Salanah, beliau a.s. bertanya kepada Hadhrat Mia Sahib (Khalifatul Masih ats-Tsani r.a.) yang saat itu berusia 10-12 tahun, “Nak, apakah kamu masih ingat apa yang saya sampaikan di pidato hari ini?”. Mia Sahib mengulang pidato tersebut sesuai dengan apa yang beliau pahami dan ingat. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sangat senang dan bersabda, “Kamu mengingatnya dengan baik.” (Sīratul Mahdi, Riwayat no. 656)

Dalam peristiwa ini, yang mana beliau a.s. telah memberikan perhatian pada tarbiyat keagamaan anak-anaknya, beliau a.s. juga telah menegakkan suri teladan beliau a.s. bahwa tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak untuk mendengarkan hal-hal agama, tetapi mereka juga harus dievaluasi sejauh mana mereka telah memahami dan sejauh mana mereka dapat mengamalkan hal-hal tersebut.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. secara khusus berupaya untuk memperhatikan semua segi dalam tarbiyat kepada anak-anak beliau a.s. Beliau a.s. memerintahkan mereka untuk menghormati yang tua, terlepas ia seorang penentang sekalipun. Hadhrat Mirza Basyir Ahmad r.a. menuturkan, “Suatu kali, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berdiri di kamarnya yang bersebelahan dengan rumah Mia Syarif Ahmad Sahib. Seingat saya ibu juga ada di sana. Ibu saya mungkin juga ada di sana. Ketika saya menyebut nama Tuan Mirza Nizamuddin saat berbicara, saya hanya menyebutnya Nizamuddin. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Bagaimanapun, dia adalah pamanmu, jangan menyebut namanya dengan cara seperti itu.” (Sīrat Hadhrat Masih Mau’ud a.s., hal. 355, dari Hadhrat Syekh Ya’qub Ali Irfani r.a.)

Dalam memberikan tarbiyat anak, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pertama-tama memperlihatkan contohnya supaya anak-anak beliau a.s. dapat memiliki semua aspek yang baik, meski beliau a.s. harus menahan rasa sakit.

Didapati satu riwayat, di mana Hadhrat Maulwi Abdul Karim Sialkoti r.a. menuturkan, “Saat itu musim dingin. Mahmud (Khalifatul Masih II r.a.) yang saat itu masih kecil  memasukkan sebongkah batu bata besar ke dalam saku rompi beliau a.s.. Saat beliau a.s. berbaring, batu bata itu menusuk. Saya ada di sana. Beliau r.a. bersabda kepada Hamid Ali, “Hamid Ali, saya merasakan sakit di tulang rusuk saya selama beberapa hari, sepertinya ada sesuatu yang menusuk.” Dia merasa heran dan meraba tubuh berberkat beliau a.s.. Akhirnya tangannya menyentuh batu bata itu. Dia mengeluarkannya dari saku beliau a.s. dan berkata, “Batu bata ini yang menusuk Tuan.” Beliau a.s. tersenyum seraya mengatakan, “Oh! Beberapa hari yang lalu, Mahmud memasukkannya ke dalam saku saya dan berkata, ‘Jangan dikeluarkan, saya akan memainkannya nanti.’” (Sīrat Masih Mau’ud a.s. hal. 40-41, dari Hadhrat Maulwi Abdul Karim Sialkoti r.a.)

Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan sikap amanah beliau a.s., tetapi juga membuktikan bahwa meskipun anak-anak menitipkan sesuatu yang sepele sebagai amanah, beliau a.s. tetap menyimpannya untuk menjaga hati mereka dan menyimpannya hingga mereka memintanya kembali. Dengan cara ini, melalui amalannya, beliau a.s. juga memberi tahu anak-anaknya bahwa ketika seseorang menyimpan sesuatu yang sepele sekalipun sebagai amanah, dia tidak boleh mengkhianati amanah tersebut.

Hadhrat Masih Mau'ud as adalah seorang ayah yang sangat penyayang. Tetapi jika ada persoalan yang menyangkut kehormatan agama, beliau a.s. pun dapat marah kepada anak-anaknya dan menegur mereka. Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda bahwa, “Saya ingat, suatu kali seekor anjing menghampiri pintu kami. Saya berdiri di sana. Di dalam kamar ada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Saya memberikan isyarat kepada anjing itu dan mengatakan, “Tipu, tipu, tipu.” Hadhrat Masih Mau’ud a.s. keluar dengan sangat marah dan bersabda, “Apakah kamu tidak malu? Orang-orang Inggris telah menamai anjing mereka dengan nama Tipu yang merupakan nama seorang muslim yang taat dan kamu meniru mereka dan memanggil anjing itu Tipu. Berhati-hatilah! Kedepannya jangan lakukan hal itu lagi.” (Al-Fazl, 1 April 1958, hal. 3)

Dengan cara ini beliau a.s. telah mengajarkan kepada anak-anaknya kehormatan agama dan juga mengajarkan mereka untuk menghormati kaum Muslimin dan jenderal-jenderal besar kaum Muslimin. 

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memberikan perhatian khusus kepada putri-putrinya. Beliau a.s. juga memperhatikan tarbiyat mereka dan tidak menyangkal permintaan anak-anak perempuan. Beliau a.s. menunjukkan contoh amalan beliau.

Hadhrat Ummu Nasir Sahibah r.a., istri pertama Hadhrat Khalifat Al-Masih al-Tsani r.a. mengatakan, "Beliau a.s. sangat baik dan penyayang kepada saya. Apa pun yang saya butuhkan, saya biasa menyampaikannya kepada beliau a.s. dan beliau a.s. memberikannya dan tidak pernah menolaknya. Ini adalah rutinitas sehari-hari antara saya dan Sayyida Mubaraka Begum Sahiba r.a. bahwa suatu hari setelah Ashar, saya dan Mubaraka Begum pergi kepada beliau a.s. dan mengatakan bahwa, “Huzur! Kami lapar.” Ada dua kotak kayu di dekat kepala Huzur a.s. Huzur a.s. memberikan kuncinya, lalu kami mengeluarkan permen atau biskuit yang ada di dalamnya sebanyak yang kami butuhkan. Ada dua kotak kayu di atas kepala Nabi Suci. Hudhur akan memberikan kuncinya. Di dalamnya ada permen atau biskuit. Kami akan mengambil sebanyak yang kami butuhkan. Kami berdua yang akan memakannya, tetapi kami biasa mengambil sekitar tiga atau empat atau enam dan menunjukkannya kepada beliau a.s. Namun beliau a.s. tidak pernah mengatakan bahwa, “Itu terlalu banyak, apa yang akan kalian lakukan?”. (Siiratul Mahdii, Riwaayat no. 1446) 

Hadhrat Masih Mau’ud a.s biasa menceritakan kisah-kisah yang mengandung hikmah dan pelajaran untuk memberikan tarbiyat kepada anak-anaknya. Beliau a.s. sering bersabda bahwa "Cerita yang bagus hendaknya diperdengarkan, hal itu memberikan kebijaksanaan dan pengetahuan kepada anak-anak." (Siirat Hadhrat Masih Mau’ud a.s., hal. 370, bagian III, dari Syeikh Ya’qub Ali Irfani Sahib r.a.) 

Dari beberapa contoh ini, sekilas pandang dari salah satu aspek kehidupan Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud a.s. dapat dilihat. Tarbiyat yang baik yang beliau a.s. berikan kepada anak-anak beliau a.s. memberikan kesaksian atas keluhuran akhlak beliau a.s.. 

(Oleh: Sayyid Hasyir, Jamiah Ahmadiyah Kanada. Penerjemah: Muhammad Hasyim. Sumber: https://www.alfazl.com)

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penyejuk Mataku adalah Salat

Tujuh Makna Waqaf dan Tanggung Jawab Para Orang Tua Waqf-e-Nou

Bagaimana Menjalin Hubungan Yang Erat Dengan Allah Ta'ala?